Dunia Hari Ini - Naila, mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, sedang dalam perjalanan mudik menuju Desa Ginunggung, Kabupaten Tolitoli. Di dalam tasnya, tersimpan rapi hadiah untuk orang tuanya—mukena dan baju koko yang masih terbungkus plastik, seolah menyimpan harapan yang belum sempat terwujud.
“Dia anak yang baik, sangat sayang sama orang tuanya,” kata seorang kerabat, suara tercekat menahan tangis.
Perjalanan mudik yang semestinya penuh kebahagiaan berubah menjadi mimpi buruk. Kendaraan yang ditumpangi Naila dan rekannya terlibat kecelakaan tragis. Naila tewas di tempat, sementara rekannya mengalami luka parah, dengan kondisi kaki yang dikabarkan putus.
Hamid Maddusila, warga yang ikut mengevakuasi korban, mengatakan, “Korban sudah ditangani Unit Laka Lantas Polres Parimo.”
Kabar duka ini cepat tersebar di media sosial, memicu gelombang ucapan belasungkawa. Warganet, meskipun tidak mengenal Naila, turut merasakan kehilangan. “Semoga husnul khatimah. Bayangkan, hadiah untuk orang tua, tidak sempat diberikan,” tulis seorang warganet.
Di Desa Ginunggung, keluarga Naila tengah mempersiapkan pemakaman. Mukena dan baju koko putih itu mungkin akan tetap diberikan sebagai kenangan terakhir dari seorang anak yang sangat mencintai orang tuanya.
Sementara itu, di Kilometer 8 Kebun Kopi, jejak tragedi masih membekas. Jalanan yang semestinya ramai oleh kendaraan mudik kini menjadi saksi betapa perjalanan hidup bisa berakhir begitu tiba-tiba.
Kronologi Kecelakaan
Hingga berita ini diterbitkan, pihak berwajib belum memberikan keterangan resmi mengenai kronologi lengkap kecelakaan tersebut. Namun, beredar pesan di grup WhatsApp yang diduga berasal dari teman-teman almarhumah, yang menyebutkan, "Barusan dapat kabar, katanya mereka pelan-pelan bawa motor di pinggir, tiba-tiba ada mobil yang menabrak dari samping lalu menyeret mereka. Kakinya sampai putus, bahkan isi kepalanya keluar. Ya Allah, semoga kita semua dalam lindungan-Nya." Pesan ini cukup menyayat hati.
Selasa siang, di Kilometer 8 Kebun Kopi, Parigi Moutong, jalanan itu menjadi saksi bisu atas tragedi yang merenggut impian seorang mahasiswi. Naila (19), dengan tas berisi mukena baru dan baju koko putih bertuliskan “Buat Mama,” mengakhiri perjalanannya di titik itu. Bukan kampung halaman yang menyambut, melainkan isak tangis dan duka mendalam.